Zona Bahaya Gunung Lewotobi Diperluas, Badan Geologi Catat 11 Letusan Sejak Kamis Pagi
[hanomantoto]
TEMPO.CO, Bandung – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperluas radius area yang berisiko terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Gunung api aktif di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur itu masih dalam status level IV atau Awas.
“Masyarakat dan pengunjung (diminta) tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 7 kilometer (Km) dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, serta sektoral 8 kilometer pada arah barat daya hingga barat laut,” kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, dalam keterangannya, Kamis, 7 November 2024.
Perluasan zona bahaya ini berlaku sejak pukul 12.00 WITA tadi. Keputusan ini menyusul rentetan letusan Gunung Lewotobi Laki-laki pada Kamis, 7 November 2024. Letusan dimulai sejak pukul 00.40 WITA dinihari tadi, yang menghasilkan kolom abu tebal setinggi 500 meter dari puncak gunung. Setelah, tim memantau adanya 10 kali letusan hingga siang hari, sejak pukul 02.07 hingga 10.48 WITA.
Erupsi Gunung Lewotobi pada pukul 10.48 WIB itu terpantau menghasilkan kolom abu setinggi 8 Km. Saat itu ada juga awan panas yang menyembur ke arah utara-timur laut hingga jarak 3 Km dari pusat erupsi.
“Erupsi ini berlangsung selama 4466 detik atau 1 jam 14 menit,” kata Wafid.
Pada 4-6 November 2024, merujuk catatan Badan Geologi, Gunung Lewotobi Laki-laki tercatat telah meletus sebanyak 15 kali. Dalam periode tersebut, ada 23 kali gempa hembusan, 56 kali tremor harmonik, 2 kali gempa frekuensi rendah, 7 kali gempa vulkanik dangkal serta 16 kali gempa vulkanik dalam.
Tim juga terus mencatat tremor dengan amplitudo berkisar 2,2-47,3 milimeter. Selain itu, ada juga aktivitas tektonik, yakni 2 kali gempa tektonik lokal dan 6 kali gempa tektonik jauh. Sehari setelahnya, atau pada 7 November 2024, Gunung Lewotobi juga meletus 11 kali hingga pukul 12.00 WITA.
Warga di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki juga diminta mewaspadai potensi banjir lahar, terutama pada sungai yang berhulu di gunung tersebut. “Masyarakat harus memakai masker atau penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernafasan,” ucap Wafid.
Tinggalkan Balasan