[hanomantoto]

TEMPO.CO, Yogyakarta – Meskipun wilayahnya tak seperti kabupaten sekitar yang melimpah dengan areal persawahan, Kota Yogyakarta masih memiliki sudut-sudut hijau untuk memanjakan mata. Spot lahan hijau di Kota Yogyakarta biasanya berupa urban farming atau pertanian perkotaan yang dikembangkan warga seperti di tengah kampung berupa lorong-lorong hidroponik.

Namun selain itu, ada pula yang mengembangkan lahan hijau itu dengan memanfaatkan bagian bangunan yang masih memadai. Salah satunya area hijau yang bisa ditemukan di atap Phoenix Hotel, sisi timur Tugu Yogyakarta.

Teknologi hidroponik yang diterapkan di rooftop hotel itu berhasil menumbuhkan tanaman segar yang siap petik dan konsumsi.

“Tanaman yang dihasilkan di rooftop hotel ini beragam seperti selada, pagoda, dan berbagai jenis sawi,” kata  Marketing Communication Manager Phoenix Hotel, Paskalia Ditha Ratnasari pada Ahad, 10 November 2024.

Ditha mengungkapkan, keberadaan pertanian organik memanfaatkan atap hotel itu awalnya dimulai dari niat memanfaatkan area terbatas agar hotelnya memiliki sudut hijau di tengah padatnya Kota Yogyakarta. Namun setelah dijalankan, ternyata area itu menjadi bagian menarik bagi wisatawan yang menginap di hotel itu.

“Jadi kami berencana mengembangkan pertanian organik lebih lanjut dan menciptakan pengalaman menginap yang unik bagi para tamu,” kata Ditha.

Pupuk Cair dari Sampah Organik

Ditha menuturkan, selain merintis urban farming pihaknya telah lebih dulu melakukan pengolahan sampah organik menjadi pupuk cair, yang digunakan sebagai nutrisi tanaman-tanaman

“Kami menerapkan berbagai inisiatif untuk mengurangi limbah plastik dan sampah non-organik lainnya. Setiap hari, sampah organik yang kami hasilkan mencapai 70-100 kg,”

Dengan teknologi sederhana, sampah diolah menjadi pupuk organik cair yang digunakan untuk tanaman hidroponik di rooftop

Pemanfaatan Lahan Terbatas

Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Sugeng Purwanto menuturkan keterbatasan lahan bukan menjadi penghalang menciptakan area hijau.

“Buktinya berbagai tanaman tumbuh subur dengan teknologi hidroponik diterapkan di rooftop hotel dan siap konsumsi,” kata dia.

Pemanfaatan lahan terbatas seperti rooftop di hotel untuk urban farming, kata Sugeng, menjadi pilihan opsi yang memungkinkan ditempuh kalangan pelaku perhotelan.

“Ini mengingat Yogyakarta hampir tidak memiliki lahan pertanian. Urban farming ini bisa menjawab kebutuhan masyarakat akan pangan segar,” kata dia.

Sugeng menyebutkan bahwa urban farming di Yogyakarta menghadirkan tantangan tersendiri. Namun, konsep ini menjadi daya tarik unik bagi wisatawan dam bisa membantu memenuhi kebutuhan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT).



hanomantoto