[hanomantoto]

GOOTO.COM, Jakarta – Redaksi Gooto berkesempatan untuk menjajal langsung motor terbaru yang dirilis PT Piaggio Indonesia, yakni Moto Guzzi Stelvio. Motor adventure ini hadir dengan teknologi yang lebih canggih.

Iklan

Pengujian kami cukup singkat, hanya berkeliling wilayah Blok M, Jakarta Selatan, dengan waktu kurang lebih 10 menit. Kendati demikian, kami mencoba untuk merasakan bagaimana sensasi berkendara dari Moto Guzzi Stelvio ini.

Catatan pertama kami saat menjajal motor ini adalah Stelvio kurang cocok untuk orang yang baru bisa mengendarai motor. Bagaimana tidak, motor ini punya dimensi yang cukup besar dan bobotnya cukup berat, mencapai 246 kilogram.

Saya yang memiliki tinggi 175 cm, tidak bisa menapak sempurna untuk mendirikan motor ini. Tidak hanya itu, bobotnya yang cukup berat, membuat saya cukup kesulitan untuk menegakkan motor dari posisi standar samping, juga saat memundurkan motor ini.

Namun, saat mulai berjalan, motor ini tidak terasa berat dan terbilang stabil untuk handlingnya. Bisa dikatakan, harus membiasakan diri untuk bisa menguasai motor ini.

Bicara performa, di atas kertas motor ini menghasilkan tenaga 115 HP dan torsi 105 Nm dari mesin V-twin melintang 90 derajat Compact Block. Kami belum bisa mengeksplorasi performa dari motor ini, namun dengan pengaturan mesin tersebut, rasanya tidak akan kekurangan tenaga kalau untuk digunakan on-road maupun off-road.

Tidak kalah canggihnya, Stelvio ini sudah dilengkapi dengan Piaggio Fast Forward (PFF) Rider Assistance Solution. PFF Rider Assistance Solution menggunakan radar 4D Imaging dengan sensor yang terletak di atas dan di bawah lampu depan. Teknologi ini memiliki dinamika yang sangat berbeda dibandingkan mobil, terutama ketuka memperhitungkan variabel seperti sudut kemiringan saat melintasi tikungan.

Selain itu, hadirnya lima mode berkendara, yakni Tour, Rain, Road, Sport, dan Off-road, dapat membantu pengendara menyesuaikan pengaturan motornya dengan jalur yang dilewati. Kemudian, ada juga fitur Blind Spot Information System (BLIS) yang memberi peringatan lampu yang ada di kaca spion, seperti di mobil.

Lalu, ada juga fitur Lane Change Assist (LCA) yang berfungsi memantau jalur yang berdekatan (kiri dan kanan). LCA akan memberikan peringatan ke pengendara jika terjadi gerakan menyamping, untuk menghindari tabrakan jika kendaraan lain yang berjarak hingga 30 meter mendekat dengan cepat, dengan perbedaan kecepatan hingga 150 km per jam.

Berbeda dengan LCA di mobil, fitur LCA pada Stelvio ini tidak akan mengintervensi setang jika motor keluar jalur. Sistem hanya akan memberikan peringatan melalui layar instrumen dan juga spion.

“Tidak ada intervensi ke setang, dia cuma kasih peringatan di layar instrumen, sama lampu peringatan di spion akan menyala juga,” kata Technical Training Manager PT Piaggio Indonesia Irvan Henrianto saat ditemui di Jakarta, Rabu, 6 November 2024.

Satu lagi yang menjadi catatan kami adalah, motor ini memiliki konfigurasi mesin V-twin melintang 90 derajat, yang kalau digunakan dalam waktu lama, panas dari mesin akan terasa di bagian kaki pengendara. Terlebih untuk penggunaan di dalam kota, dengan segala kondisi lalu lintas dan kemacetannya, mungkin kaki pengendara akan merasakan panas selama perjalanan.

Kesimpulannya, Moto Guzzi Stelvio ini memang kurang cocok bagi pengguna motor yang baru bisa mengendarai motor. Selain itu, kami menilai motor ini kurang nyaman jika digunakan di dalam kota, mengingat ini motor adventure, rasanya akan lebih menyenangkan jika mengendarai Stelvio di habitat aslinya, yakni jalur off-road.

Pilihan Editor: Moto Guzzi V7 Stone Corsa Special Edition Meluncur di Indonesia

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto





hanomantoto