[hanomantoto]

TEMPO.CO, Jakarta – Sebuah keluarga di Gaza duduk sambi menangis atas tewasnya sejumlah anak-anak akibat sebuah serangan Isreal saat mereka sedang bersiap untuk bermain sepak bola. Pembunuhan ini terjadi ditengah sengitnya pengeboman, yang dalam 24 jam menewaskan lebih dari 44 orang.

Serangan tersebut terjadi di Kota Mawasi wilayah pesisir selatan yang menjadi tempat perlindungan ratusan ribu warga Gaza setelah militer Israel meminta mereka meninggal tempat itu dan pindah ke tempat lain di tengah upaya pengboman melawan anggota Hamas. 

“Roket menghantam mereka (anak-anak yang mau bermain sepak bola), padahal di situ tidak ada target Israel dan tidak ada orang lain di jalan. Mereka cuma anak-anak,” kata Mohammed Zanoun, yang kehilangan lima anak dalam serangan itu. 

Otoritas kesehatan Palestina mengatakan kampanye militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 43.500 orang dan 10 ribu orang lainnya diyakini tewas, namun masih terkubur dalam puing-puing. Israel melancarkan serangan membabi-buta untuk membalas serangan 7 Oktober 2023 saat Hamas menyandera 250 warga negara Israel.  

Pembicaraan gencatan senjata dan upaya pembebasan sandera oleh Amerika Serikat, Mesir dan Qatar, hanya mencetak sedikit kemajuan. Pada Sabtu, 9 November 2024, otoritas Qatar mengatakan pihaknya akan keluar dari upaya negosiasi perdamaian di perang Gaza, kecuali jika kedua belah pihak yang berkonflik mau berkomitmen sepenuhnya. 

Qatar akan berhenti memediasi hingga Hamas dan Israel memperlihatkan itikad untuk mau bernegosiasi. Pernyataan itu disampaikan setelah sumber di Pemerintah Amerika Serikat mengatakan pada Jumat, 8 November 2024, kalau Washington telah meminta Qatar agar menutup kantor Hamas di Doha karena Hamas menolak proposal gencatan senjata. Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengesampingkan laporan yang menyebut permintaan penutupan kantor Hamas di Doha itu sebagai pesan untuk menekan gerakan Hamas melalui media. 

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini



hanomantoto