[hanomantoto]

TEMPO.CO, JakartaKemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) telah membangkitkan minat di kalangan warga Amerika Serikat untuk melakukan gerakan dari feminis yang disebut 4B.

Gerakan ini mendesak perempuan untuk tidak berkencan, menikah, tidur dengan, atau memiliki anak dengan laki-laki. Prinsip 4B telah banyak diunggah di Instagram, TikTok, dan X yang menampilkan perempuan di AS menyerukan agar gerakan ini dimulai di negaranya. 

Berdasarkan euronews, pada 6 November 2024, ketika Trump menang, pencarian Google untuk gerakan 4B melonjak hingga 450 persen yang dicari lebih dari 200.000 orang. Lonjakan ini mencerminkan kekhawatiran perempuan AS tentang risiko pencabutan kebebasan dan hak reproduksi di bawah pimpinan Trump. Sebab, pemilihan Presiden AS dicirikan sebagai referendum hak-hak perempuan.

Pilar utama gerakan 4B dan kampanye penantang Demokrat dilakukan sebagai wujud dukungan aborsi dan peringatan Trump yang akan semakin mengikis hak ini. Berdasarkan pemilihan umum AS, ada 7 dari 10 negara bagian memberikan suara mendukung aborsi, sedangkan 3 lainnya menolak. Pemungutan suara ini membuat aktivis hak aborsi khawatir terhadap pemerintahan Trump yang akan mengurangi akses ke hak dan layanan reproduksi. Akibatnya, perempuan AS melakukan gerakan 4B, terutama para feminis. 

Gerakan 4B

Sebenarnya, gerakan 4B telah dimulai di Korea Selatan usai gerakan #MeToo digaungkan pada 2018. Gerakan ini muncul karena ada kemarahan yang meluas dan protes nasional di Korea Selatan terhadap epidemi kamera mata-mata, yaitu kamera kecil tersembunyi untuk memfilmkan korban telanjang, buang air kecil, atau berhubungan seksual. Gerakan 4B hadir untuk melawan patriarki dan menyoroti berbagai isu, mulai dari kekerasan terhadap perempuan sampai kesenjangan upah gender. 

Dilansir abcnews.go, nama 4B adalah singkatan dari kata-kata Korea dimulai dengan bi yang berarti tidak. Menurut makalah tentang gerakan yang diterbitkan oleh para peneliti di Universitas Yonsei Korea Selatan, berikut adalah kepanjangan dari 4B tersebut, yaitu:

  • Bihon berarti penolakan pernikahan heteroseksual;
  • Bichulsan berarti penolakan melahirkan;
  • Biyeonae berarti penolakan terhadap berkencan dengan laki-laki; dan
  • Bisekseu berarti penolakan hubungan seksual heteroseksual secara keseluruhan.

Para peneliti dari Universitas Yonsei tersebut mengatakan, gerakan 4B juga melakukan berbagai diskusi dan praktik swadaya berfokus pada masa depan individu perempuan.

“Gerakan 4B tidak hanya mencakup kritik terhadap perubahan kebijakan negara yang pro-natalis dan protes terhadapnya, tetapi juga berbagai bentuk diskusi dan praktik swadaya yang secara eksplisit berorientasi pada masa depan individu perempuan,” tulis para peneliti.

Gerakan 4B mulai populer sekitar waktu terpilihnya Presiden konservatif Korea Selatan. Yoon Seok Yeol. Pada 2021, ia mengomentari gerakan tersebut, “Ada pembicaraan bahwa feminisme dieksploitasi secara politis untuk secara emosional menghalangi hubungan yang sehat antara pria dan wanita.” Sebab, Korea Selatan memiliki tingkat kesuburan terendah di dunia dengan rata-rata perempuan usia produktif memiliki kurang dari satu anak, menurut data yang dirilis pada 2023. Selain itu, menurut Organization for Economic Cooperation and Development, tingkat pernikahan Korea Selatan turun lebih dari 35 persen.

Meskipun masih kecil, gerakan 4B banyak disuarakan secara daring oleh perempuan. Saat ini, menurut para peneliti, terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS memicu minat gerakan 4B di AS.

RACHEL FARAHDIBA R I  EURONEWS  I ABC

Pilihan Editor: Donald Trump Menang Pilpres AS 2024, Apakah Kebijakan Proteksionisme Dipertahankan?



hanomantoto