Menjelajahi Dunia Ghibli di Singapura, Melihat Kastil Howl hingga Masuk ke Dunia Princess Mononoke
[hanomantoto]
TEMPO.CO, Jakarta – Ada pemandangan berbeda dari kolam bunga lili yang mengelilingi gedung ArtScience Museum Singapura. Tepat di atas kolam itu, ada sesosok anak kecil bergaun merah dengan celana pendek berumbai. Bocah itu merentangkan kedua tangannya, dan tampak seperti sedang berlari di atas ikan-ikan besar yang saling bertumpuk.
Wujud bocah dan empat ikan besar berwarna biru itu mirip dengan salah satu adegan dalam film animasi Ponyo buatan Studio Ghibli. Instalasi seni ini merupakan bagian dari pameran The World of Studio Ghibli yang berlangsung di ArtScience Museum sejak 4 Oktober 2024 hingga 2 Februari 2025.
Kamis lalu, 7 November 2024, Tempo berkesempatan mengunjungi ekshibisi yang berada di dalam kompleks Marina Bay Sands tersebut. Pameran ini menempati area seluas 2.400 meter persegi di 11 galeri ArtScience Museum. Karena cukup besar, pameran ini terbagi menjadi dua area, yaitu B2 dan Level 3.
Di lantai B2, pameran menampilkan instalasi dari film Howl’s Moving Castle, Castle in the Sky, dan My Neighbor Totoro. Sementara level 3 menampilkan karya seni dari film Porco Rosso, Pom Poko, Princes Mononoke, Kiki’s Delivery Service, Spirited Away, Nausica of the Valley of the Wind, dan The Boy and The Heron, serta toko suvenir. Untuk memulai petualangan masuk ke dunia Ghibli, mulai lah dari B2 yang bisa dijangkau dengan lift.
Pengunjung berpose seolah menjadi Pazu, karakter di film Castle in the Sky, yang akan menangkap Sheeta yang jatuh dari langit, di pameran The World of Ghibli di ArtScience Museum, Singapura, 7 November 2024. TEMPO/Friski Riana
Memasuki Ruang Ekshibisi
Sebelum memasuki area pameran, pengunjung bakal disambut dengan rangkaian tulisan tentang penjelasan singkat isi pameran dan sejarah Studio Ghibli. Juga beberapa layar yang disusun seperti bingkai kolase, yang menampilkan cuplikan dari sejumlah film animasi Ghibli.
“Anda boleh mengambil foto dan video, tapi jangan gunakan flash,” kata Philip, salah satu petugas yang berjaga di pintu masuk, mengingatkan para pengunjung sebelum mereka memasuki pameran.
Dari pintu masuk, lorong dengan dinding berwarna biru langit memajang poster-poster film animasi buatan Ghibli. Di galeri ini, poster-poster disusun berurutan sesuai tahun perilisannya, serta menampilkan sosok para pendiri Studio Ghibli, antara lain Hayao Miyazaki, Isao Takahata, dan Toshio Suzuki.
Studio Ghibli didirikan pada 15 Juni 1985 di Tokyo, Jepang. Studio animasi ini telah menelurkan puluhan film yang memukau dan menggegerkan jagat animasi karena mampu meruntuhkan keperkasaan Disney. Spirited Away, misalnya, memenangi Piala Oscar pada 2003. Kemudian film terbaru Hayao Miyazaki yang berjudul The Boy and the Heron juga meraih penghargaan serupa di tahun ini.
Momen di Howl’s Moving Castle
Mendekati ujung lorong, musik Merry Go Round of Life menggema. Tembang tersebut merupakan soundtrack film Howl’s Moving Castle yang dirilis pada 2004. Di pameran ini, pengunjung bisa menyaksikan kastil milik Howl dalam wujud tiga dimensi. Ukurannya cukup besar dan dapat bergerak seperti di dalam filmnya. Para pengunjung, termasuk saya, tak ingin melewatkan momen ini dengan mengambil banyak foto dan video.
Selain penampakan kastil, area lainya menampilkan isi bangunan serta patung karakter film Howl’s Moving Castle, seperti Howl si penyihir, Calcifer si iblis api, dan Markl–bocah laki-laki yang menjadi murid Howl. Di tempat ini, pengunjung bisa ikut merasakan pengalaman menjadi bagian di dalam film tersebut.
Keindahan taman rahasia Howl pun bisa dinikmati pengunjung lewat instalasi berbentuk tabung mengambang. Bagian luar tabung berkelir hitam itu juga tersemat kutipan percakapan Howl dan Sophie. “It’s my secret garden” dan “Beautiful“. Ketika masuk ke dalam tabung itu, bagian sisinya terdapat panel berupa penampakan taman bunga yang bisa dinikmati 360 derajat.
Instalasi taman rahasia milik Howl, karakter utama film Howl’s Moving Castle, yang dapat dinikmati 360 derajat dalam pameran The World of Ghibli di ArtScience Museum, Singapura, 7 November 2024. TEMPO/Friski Riana
Menyelami Dunia Castle in the Sky
Lanjut ke area berikutnya, pengunjung diajak menyelami dunia Castle in the Sky. Instalasi mahakarya Ghibli yang rilis pada 1986 ini tak kalah menarik karena menampilkan set adegan ikonik film di mana Sheeta jatuh dari langit. Pengunjung dapat berpose di bawah patung Sheeta yang melayang, dan seolah-olah menjadi Pazu yang siap menangkapnya.
Jangan lewatkan instalasi kastil Laputa. Kastil ini dibuat dengan model terbalik. Sehingga, pengunjung dapat melihat wujudnya melalui cermin di bawah kaki. Uniknya, karena pantulan cermin tersebut, pengunjung dapat merasakan ilusi hampir jatuh.
Antrean di My Neighbor Totoro
Instalasi berikutnya menampilkan miniatur Satsuki dan Mei yang semangat berlari menuju rumah baru mereka di sebuah desa. Kedua sosok tersebut merupakan karakter dalam film My Neighbor Totoro. Karya Hayao Miyazaki yang dirilis pada 1988 ini cukup populer, dan menjadi salah satu film keluarga terbaik sepanjang masa versi Internet Movie Database.
Saat memasuki area tersebut, saya melihat antrean panjang yang berujung pada sebuah instalasi Totoro bersama Satsuki dan Mei yang sedang menunggu bus di tengah hujan. Para pengunjung rupanya menunggu giliran untuk bisa berfoto di samping patung Totoro.
Bila enggan mengantre, pengunjung masih bisa menikmati kelucuan dan gemasnya sosok Totoro, dengan mengintip makhluk gaib itu dari lubang-lubang di dinding. Dari lubang yang disulap seperti pohon besar itu, pengunjung bisa melihat Totoro yang sedang tidur dan perutnya yang bergerak naik turun seolah bernapas.
Selain keindahan visual dalam film, terdapat beragam aktivitas seni interaktif. Di area My Neighbor Totoro, misalnya, pengunjung diajak membuat origami Totoro dan menuliskan pesan di kertas tersebut.
Sementara di area Spirited Away yang berada di lantai 3, pengunjung bisa menggambar sosok Soot Sprites atau Susuwatari, makhluk kecil berbentuk bola hitam berbulu dengan mata putih.
Berswafoto di Instalasi Porco Rosso
Di level 3, instalasi Porco Rosso menyambut kedatangan para pengunjung. Dengan efek audio deburan ombak, karakter dalam wujud babi itu terlihat sedang bersantai di pinggir pantai sambil membaca majalah. Area ini juga menjadi salah satu favorit pengunjung untuk berswafoto. Pesawat terbang berkelir merah yang digunakan Porco Rosso pun ikut hadir dalam pameran.
Sebuah kuil terbengkalai menjadi pintu masuk ke area instalasi berikutnya, yaitu Pom Poko karya Isao Takahata. Film ini mengisahkan sekelompok tanuki, makhluk mitologi Jepang yang mirip rakun, yang hidup di perbukitan Tama, dekat kota Tokyo.’
Masuk ke Dunia Princess Mononoke
Setelah melihat kegemasan tanuki dalam film Pom Poko, musik The Legend of Ashitaka mengantarkan saya dan pengunjung memasuki dunia Princess Mononoke. Terdapat instalasi yang menampilkan sosok Forest Spirit alias Shishigami. Bagian depan instalasi ini diselimuti kain transparan. Sosoknya perlahan menghilang dan kain transparan tersebut berubah menjadi layar yang menampilkan adegan transformasi Forest Spirit menjadi makhluk raksasa.
Di sudut kanan instalasi terdapat sosok Ashitaka, tokoh utama dalam film Princess Mononoke, yang sedang menaiki Yakul atau kambing hutan. Kemudian di sisi lainnya, ada sosok San dan serigala putih nampak begitu mirip seperti di film.
Selanjutnya, instalasi dari Kiki’s Delivery Service yang cukup banyak memiliki ruang berfoto. Salah satunya toko roti di mana Kiki bersama kucing hitamnya, Jiji, sedang berjaga. Ada pula salah satu adegan Kiki terbang dengan sapunya bersama Jiji, serta sosok Tombo yang sedang mengayuh sepeda terbangnya.
Bertualang di Dunia Spirited Away
Instalasi terakhir adalah Spirited Away. Film yang mengisahkan petualangan seorang gadis bernama Chihiro yang tersesat ke dunia roh. Serupa dengan filmnya, pengunjung bakal memasuki dunia Spirited Away dengan melewati sebuah terowongan merah misterius. Kemudian terlihat instalasi yang menampilkan sosok Chihiro berdiri di jembatan. Tepat di ujung jembatan itu ada bangunan megah, yang merupakan tempat pemandian.
Tak jauh dari instalasi ini, pengunjung dapat melihat sosok Yubaba di ruang kantornya, dan dikelilingi kertas-kertas yang melayang. Tak ketinggalan, sosok No Face atau Kaonashi turut hadir dalam set yang menampilkan adegan ketika ia sedang pesta makan dan wujudnya berubah menjadi seperti monster. Penggambaran wujudnya ini hadir dalam bayangan hitam. Juga hidangan dan piring-piring berceceran ditampilkan dengan sangat detil.
Adegan ikonik di mana Chihiro melakukan perjalanan bersama Kaonashi dengan kereta turut dihadirkan dalam pameran. Namun, di instalasi tersebut hanya ada Kaonashi yang sedang duduk di kereta. Jadi, penonton bisa berperan sebagai Chihiro dan mengabadikan momen bersama Kaonashi seperti di film.
Tiket untuk memasuki pameran The World of Studio Ghibli dapat dibeli secara online melalui aplikasi Klook. Untuk pengunjung asing, harga tiketnya dibanderol mulai Rp460-an ribu untuk off peak, dan Rp580-an ribu untuk musim liburan.
Tinggalkan Balasan