[hanomantoto]

TEMPO.CO, Jakarta – Perhatian dunia saat ini boleh jadi sedang tertuju pada Amerika Serikat yang menggelar pesta demokrasi atau pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024 (pilpres AS) yang digelar pada 5 November 2024. Persaingan ketat pada Pilpres kali ini, antara kandidat dari Partai Demokrat, Kamala Harris dan Tim Walz, melawan kandidat Partai Republik, Donald Trump dan JD Vance.

Para pemilih AS umumnya terbiasa mengetahui siapa presiden baru pada larut malam sebelum mereka tidur atau setidaknya pada dini hari keesokan harinya setelah pemungutan suara berlangsung. Namun, hasil Pilpres 2024 ini kemungkinan diperkirakan akan ditentukan oleh tujuh negara bagian ‘swing state’—Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin.

Hasil quick count sementara pada Selasa, 5 November 2024, waktu setempat memperlihatkan Trump unggul dibanding Harris. Harris adalah wakil presiden Amerika Serikat saat ini. Sedangkan Trump pernah menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat sebelum Joe Biden.

Berikut rangkuman informasi mengenai profil Donald Trump, calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik.

Donald John Trump atau Donald Trump lahir di Queens, New York City, Amerika Serikat pada 14 Juni 1946. Dia adalah anak keempat dari lima bersaudara dalam keluarga Fred dan Mary Trump. Ayahnya, Fred Trump, adalah seorang pengembang real estat sukses yang memiliki perusahaan yang mengembangkan banyak properti perumahan di New York City. Dari ayahnya, Trump mendapatkan pengaruh besar dalam memahami dunia bisnis dan real estat.

Melansir dari laman Britannica, setelah menyelesaikan sekolah menengah di New York Military Academy, Trump melanjutkan pendidikannya di Fordham University. Namun sekolahTrump itu hanya berlangsung dua tahun, karena dia pindah ke Wharton School of Finance di University of Pennsylvania. Dia akhirnya lulus dengan gelar sarjana ekonomi pada 1968. 

Pendidikan formal memberi Trump landasan teori ekonomi dan keuangan yang kuat. Setelah lulus, dia bergabung dengan bisnis real estat keluarganya, The Trump Organization. Ia mengambil alih kendali perusahaan pada 1971 dan mulai membangun portofolio properti yang mengesankan seperti gedung, apartemen, kasino, hotel, dan lapangan golf.

Salah satu proyek paling terkenal yang mempopulerkan namanya adalah Trump Tower di Manhattan, sebuah gedung pencakar langit mewah yang selesai dibangun pada 1983. Selain itu, Trump juga terkenal karena membeli dan merombak Hotel Plaza di New York dan berbagai proyek real estat besar lainnya.

Di luar bisnis real estat, Trump membangun nama besar di dunia hiburan. Pada 2004, ia mulai memproduksi dan menjadi pembawa acara reality show “The Apprentice.” Acara ini memperlihatkan Trump sebagai sosok pebisnis yang tangguh dan cerdas, dengan tagline yang sangat terkenal, “You’re fired!” Kesuksesan acara “The Apprentice” tidak hanya meningkatkan popularitasnya tetapi juga memperkuat citranya sebagai ikon bisnis yang sukses dan tak kenal kompromi.

Melansir dari laman biography.com, pada Juni 2015, Trump mengumumkan pencalonannya sebagai presiden dari Partai Republik, sebuah langkah yang awalnya dianggap sebelah mata oleh banyak pengamat politik. Namun, kampanye Trump yang berani dan sering kontroversial, dengan slogan “Make America Great Again,” menarik perhatian luas. 

Dia fokus pada isu-isu seperti imigrasi, proteksionisme ekonomi, dan keamanan nasional. Setelah mengalahkan para pesaingnya dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik, Trump kemudian melenggang ke Pemilihan Presiden Amerika melawan calon Partai Demokrat Hillary Clinton. Pada 8 November 2016, Trump memenangkan pemilihan dan menjadi Presiden Amerika Serikat ke-45.

Masa jabatan Trump di Gedung Putih ditandai oleh sejumlah kebijakan besar dan kontroversi. Dia mengimplementasikan reformasi pajak besar pada 2017, yang menurunkan tarif pajak perusahaan dan individu.

Mengadopsi pendekatan “America First,” Trump menarik Amerika Serikat dari beberapa perjanjian internasional, seperti Perjanjian Paris tentang perubahan iklim dan Kesepakatan Nuklir Iran. Dia juga terlibat dalam diplomasi yang tidak konvensional, termasuk pertemuan bersejarah dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Pernah Dimakzulkan Dua Kali

Kendati demikian, masa jabatan Trump juga penuh dengan kontroversi. Dia bahkan menjadi Presiden Amerika Serikat pertama dalam sejarah yang dimakzulkan sebanyak dua kali. Trump dimakzulkan pertama kali oleh DPR yang dipimpin Partai Demokrat pada Desember 2019.

Saat itu, Trump dimakzulkan atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi Kongres atas skandal Ukraina untuk menekan saingan politiknya, Joe Biden. Namun Trump dibebaskan oleh Senat yang dipimpin Partai Republik pada Februari 2020.

Pemakzulan kedua terjadi setelah Pemilu AS 2020 yang menghasilkan Joe Biden sebagai presiden baru Amerika, menggantikan Trump. Tujuh hari sebelum pelantikan Joe Biden pada 20 Januari 2021, DPR Amerika Serikat mencapai kesepakatan berdasarkan pemungutan suara anggota dewan untuk memakzulkan Donald Trump.

Saat itu Kepala Senat Mayoritas, Mitch McConnell, mengatakan proses pemakzulan tersebut akan memakan waktu lebih lama dari sisa waktu Trump sebagai presiden, yang tinggal tujuh hari. Dia pun meminta anggota Kongres dan pihak eksekutif untuk fokus pada pelantikan Biden yang akan datang.

Setelah kalah dari Joe Biden dalam Pilpres AS 2020, Trump tidak mundur dari panggung politik. Sebaliknya, ia tetap menjadi figur dominan dalam Partai Republik dan sering menyuarakan klaim pilpres 2020 dicurangi, meskipun klaim ini tidak terbukti di pengadilan. Kini, Trump kembali berkontestasi di Pilpres AS 2024 dengan didampingi oleh JD Vance, sebagai perwakilan Partai Republik. 

MYESHA FATINA RACHMAN berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini



hanomantoto