Meneropong Masa Depan Swasembada Energi Terbarukan dari Pulau Batam untuk Indonesia
[hanomantoto]
TEMPO.CO, Jakarta – Sepanjang mata memandang, terlihat ribuan papan panel surya terbentang di sebelah pemukiman warga Kampung Tua Tanjung Uma, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Papan panel surya di atas lahan seluas 1 hektare itu ditargetkan bisa menghasilkan energi listrik terbarukan (EBT) 1 MWp (Megawatt peak).
Panel surya ini memanen energi yang bersumber dari panas matahari. Setelah itu energi masuk melalui transmisi lokal yang terdapat di lokasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), sebelum akhirnya dibaurkan menjadi tenaga listrik yang disebar ke seluruh pengguna di Batam.
Beberapa petugas PLN Batam tampak berjaga di lokasi PLTS. Ada yang beraktivitas membersihkan panel, ada juga yang mencabuti rumput liar yang tumbuh di bawah papan panel.
Ridho Febriananda adalah salah seorang petugas PLN Batam yang tengah bertugas. Ia mengatakan, panel harus rutin dibersihkan, minimal satu kali dalam tiga bulan. Selain membersihkan bagian atas panel, mencabut rumput juga dilakukan petugas setiap harinya.
Panel surya di Tanjung Uma ini sudah ada sejak awal 2023. Ridho menunjukan data dalam satu hari rata-rata PLTS Tanjung Uma menghasilkan 4.500 kwh. “Tergantung cuaca, kalau panas satu harian bisa dapat segitu, kadang-kadang 2000 kwh,” kata Ridho ketika ditemui Tempo, Sabtu sore, 2 November 2024.
Tenaga listrik yang dihasilkan PLTS Tanjung Uma selama ini menunjukan potensi energi terbarukan di Batam yang cukup besar. Meskipun terkadang, kata Ridho, jika hujan melanda tenaga listrik yang dihasilkan berkurang. “Hari ini karena hujan seharian, hanya dapat 900 kwh,” ujar Ridho sambil menunjukkan layar monitor kondisi real time hasil energi listrik yang dihasilkan PLTS tersebut.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan PLN Batam, Zulhamdi, menjelaskan komitmen perusahaan negara itu mengejar target 25 persen pembauran energi terbarukan di Batam. Ia juga memaparkan masa depan energi terbarukan yang terdapat di daerah perbatasan tiga negara itu, Indonesia, Singapura dan Malaysia.
Zul mengatakan, PLTS Tanjung Uma hanya satu contoh komitmen PLN Batam menerapkan energi terbarukan, banyak inisiatif yang dilakukan, semuanya untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan pemanfaatan energi hijau yang lebih ramah lingkungan.
“Saat ini sistem kelistrikan Batam menggunakan PV roof top (PLTS) sebesar 2,8 MWaC, telah memenuhi 0,42 persen kebutuhan listrik total 665,7 MW,” kata Zulhamdi, Jumat, 1 November 2024.
Setidaknya saat ini ada empat aktivitas kunci dalam pengembangan energi baru terbarukan di PLN Batam, mulai dari proyek EBT untuk memenuhi permintaan pelanggan PLN Batam, program co-investment untuk industri, serta dalam jangka panjang pemanfaatan waduk untuk membangun EBT tenaga surya.
Sekretaris Perusahaan PLN Batam Zulhamdi. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
“Kita juga merencanakan kedepan transfer energi terbarukan dari Sumatera melalui jaringan interkoneksi Sumatera-Batam,” kata Zul saat ditemui Tempo di Kantor PLN Batam.
Selain di Tanjung Uma, PLN Batam juga sudah membangun beberapa titik PLTS lainnya seperti di kawasan bisnis dan industri dengan total kapasitas 16,4 MWp. Setidaknya sudah terdapat 11 perusahaan di Batam yang sudah bekerjasama dengan PLN Batam membangun PLTS.
Perusahaan tersebut sudah menghasilkan energi terbarukan yang dibaurkan dengan energi di PLN Batam kemudian disalurkan kepada pelanggan. Beberapa di antaranya adalah PLTS atap yang terpasang di PT Sat Nusa Persada dengan kapasitas 362,9 kWp, PT Synergi Oil Nusantara dengan kapasitas 1.410 kWp, PT McDermott Indonesia dengan kapasitas 6.259 kWp, dan PT EcoGreen Oleochemical kapasitas 100 kWp.
Selain itu ada PT Cita Lautan Teduh dengan kapasitas 550 kWp, PT Panasonic Industrial Devices Batam kapasitas 457,6 kWp, PT Bumi Abadi Tegar Sakti kapasitas 2.000 kWp, PT Pasifik Karya kapasitas 214 kWp, PT Giken kapasitas 722,7 kWp, PT Duta Surya Sukses kapasitas 2.161 kWp hingga PT SM Engineering kapasitas 376 kWp.
Selain itu. PLN Batam bekerja sama dengan industri, agar industri bisa mencapai target penggunaan energi terbarukan yang nantinya mendapatkan Renewable Energy Certificate (REC). “Sertifikat itu disyaratkan ketika perusahaan harus ekspor ke Eropa,” katanya.
Adapun PLN Pusat menugaskan PLN Batam untuk menjadi holding pembangunan energi baru terbarukan. Hasilnya, PLN Batam juga mengelola PLTS Aruna Purwakarta, Jawa Barat yang berkapasitas 100 MWp. PLTS Ground Mounted ini terbesar di Indonesia
“Jadi PLN Batam-pun di luar (Batam) juga suplai energi terbarukan, artinya semangat itu ada, bahkan bisa dikatakan untuk energi terbarukan kita di depan dibandingkan holding (PLN pusat),” kata Zul.
Pada tahun 2025 mendatang, komitmen itu kembali ditekankan dengan rencana membangun PLTS di atas Waduk Duriangkang, Waduk Tembesi dan pembangunan PLTS di pelanggan besar dengan total daya 126 MW.
Sementara semua energi terbarukan yang dihasilkan PLTS, sistemnya akan dibaurkan dengan energi yang dimiliki PLN. “Artinya energi terbarukan itu kembalinya tetap kepada pelanggan, baik industri maupun masyarakat, tetapi pelaporannya di PLN Batam,” katanya.
Ia mengungkapkan sebetulnya potensi energi terbarukan di Batam terbatas, tetapi kebutuhan beban cukup besar. Oleh sebab itu perlu direncanakan di masa mendatang selain menciptakan energi listrik dari tenaga surya, PLN juga akan menyalurkan energi terbarukan dari Sumatera ke Batam. “Sistem itu menggunakan interkoneksi Sumatera-Batam sebesar 1.200 MW,” katanya.
Foto udara PLTS atap yang terdapat di Tanjung Uma Kota Batam, Kepri, Sabtu 2 November 2024. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
Hal itu sebagai langkah cepat EBT masuk ke PLN Batam, dengan membawa energi dari Sumatera melalui kabel bawah laut, bukan lagi membangun pembangkit listrik baru. “Saat ini kebutuhan beban listrik yang ada di Batam 665,7 MW ditargetkan dari total beban itu 23 persen berasal dari EBT pada tahun 2025 mendatang,” katanya.
Bangun Transmisi Energi untuk Energi Hijau Indonesia
Senada dengan yang disampaikan Zulhamdi, Ketua Mobilitas Energi Terbarukan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Zainal Arifin mendukung upaya PLN Batam dalam pengembangan energi baru dan terbarukan itu. Termasuk dengan rencana masa depan lebih besar yaitu membangun interkoneksi dari Sumatera ke Batam.
Saat ini kata Zainal, pengembangan energi terbarukan memang terkendala kondisi keberadaan daerah potensi energi terbarukan yang jauh dari daerah yang butuh beban listrik besar. Sehingga perlu dibangun transmisi energi untuk menyebarkan energi terbarukan antar daerah.
Hal itu yang terjadi di Pulau Batam, dengan beban yang besar, tetapi Batam hanya memiliki potensi energi terbarukan dari tenaga surya. Potensi tenaga surya juga dibatasi dengan kondisi keterbatasan lahan tempat pembangunan PLTS. “EBT itu adalah berkah dari tuhan yang tidak bisa digeser, kendalanya keberadaan energi terbarukan tidak matching antara potensi dengan pusat beban,” kata dia.
Zainal lalu menctohkan contoh ekstrem di mana daerah lain seperti Irian potensi energi terbarukan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) bisa mencapai 26 giga. Namun, yang menggunakan listrik tidak ada. “Mau tidak mau harus dibangunkan (transmisi), kalau tidak distribusi energi di Indonesia tidak optimal, jadi ada mismatch pusat potensi EBT dan bebannya, seolah tidak ada jalan tol, pemerintah harus hadir di situ,” kata dia.
Pemerintah, menurut Zainal, juga harus punya keinginan besar untuk mebangun tranmisi, pasalnya pembangunan tranmisi ini bukan bicara untung. Tetapi ini adalah pembangunan sosial untuk kepentingan masyarakat agar kedepan swasembada energi terbarukan terwujud.
“Jadi pemerintah bangun transmisi ini seperti bangun sekolah, jalan dan infrastruktur lainnya yang tidak mencari untung belaka, saya yakin kalau infrastruktur jalan tol tenaga listrik itu dibangun pengembangan energi terbarukan lebih cepat di negara ini,” katanya.
Apalagi Presiden Prabowo sudah mencanangkan swasembada energi. Prabowo kata Zainal ingin setiap daerah menghasilkan energi masing-masing. “Kalau tidak punya baru di pasok daerah lain, ” kata Zainal.
Meski begitu, ada swasembada lain juga tidak terus mandiri, antar daerah bisa saling mengirimkan energi terbarukan, melalui transmisi tadi. “Yang penting jangan impor,” katanya.
Swasembada energi juga menjadi program prioritas Presiden Prabowo Subianto. Dalam pidato perdana kepresidenannya Prabowo, menekan swasembada energi menghindari Indonesia bergantung kepada keadaan global yang tak menentu.
“Kalau terjadi hal yang tidak kita inginkan, sulit kita dapat sumber energi dari negara lain. Karena itu, kita harus swasembada energi dan kita mampu swasembada energi,” ucap Prabowo beberapa waktu lalu.
Pilihan Editor: Pemerintah Bakal Kembangkan Nuklir sebagai Energi Terbarukan
Tinggalkan Balasan