[hanomantoto]

TEMPO.CO, Bandung – Direktur Kekayaan Negara Dipisahkan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, Meirijal Nur, mengatakan PT Geo Dipa Energi (Persero) masih menunda rencana untuk melantai bursa saham atau initial public offering (IPO). Untuk saat ini, kata dia, masih banyak alternatif tambahan modal sehingga keputusan IPO belum jadi prioritas.

“Rasanya IPO ini merupakan salah satu cara untuk mendapatkan modal. Dalam jangka dekat Geo Dipa belum ada rencana IPO karena banyak sumber modal yang masih tertarik,” kata Meirijal kepada wartawan di Kabupaten Bandung, Kamis, 7 November 2024.

Seperti diketahui, Geo Dipa Energi merupakan Badan Usaha Milik Negara dengan 95 persen kepemilikan di bawah Kementerian Keuangan. Sementara 5 persen sisanya berada di tangan Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Geo Dipa Energi tercatat dua kali mendapatkan penyertaan modal negara (PMN) yakni pada 2015 sebesar Rp603,307 miliar dan pada 2020 sebesar Rp700 miliar. Hingga saat ini belum ada lagi PMN yang dikuncurkan oleh pemerintah. Kendati begitu, Meirijal mengatakan banyak investor yang melirik perusahaan energi ramah lingkungan tersebut.

“Di samping PMN juga banyak dana yang lain dari luar negeri yang tertarik masuk ke Geo Dipa,” ujarnya.

Selain itu, ia mengatakan banyak sumber filantropis yang bisa menjadi tambahan modal untuk membangun Geo Dipa. Hal ini, menurutnya, jadi indikator bahwa energi ramah lingkungan sedang dilirik oleh banyak investor.

Sebelumnya, Direktur Bursa Efek Indonesia, Iman Rachman, menyayangkan tidak ada BUMN yang IPO sepanjang 2024. Bahkan tahun lalu, salah satu anak BUMN, Pertamina Hulu, juga ditunda untuk listing. Dengan begitu, kata Iman, hingga kini hanya ada total 14 BUMN dan 23 anak BUMN yang melantai di bursa.

“Tahun ini sampai sekarang di (daftar) pipeline kita nggak ada (BUMN IPO),” ujar Iman.

Padahal, menurut Iman, BUMN maupun anak BUMN yang melantai di bursa memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pasar. Ia mencatat 20 saham dengan kontribusi terbesar di atas 60 persen, atau disebut LQ20, lima di antaranya merupakan BUMN dan 1 lainnya adalah anak BUMN.

“Dari 60 persen total (kontribusi), itu dia (BUMN) menyumbang 15 persen,” ucap Iman di kantor BEI, Kamis, 17 Oktober 2024.

Ia menyebut, lima BUMN dengan kapital paling besar di bursa saat ini adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, Telkom, serta Semen Gresik. Ia juga mengatakan BSI memiliki kapital yang cukup besar.

Vedro Imanuel berkontribusi pada artikel ini.



hanomantoto