Lebih Jauh Profil Gunung Lewotobi Laki-laki yang Erupsi dan Menewaskan 10 Orang
[hanomantoto]
TEMPO.CO, Jakarta – Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada Senin dini hari, 4 November 2024, mengakibatkan sepuluh orang meninggal. Satu korban meninggal di antaranya adalah Suster Nikoline, pemimpin Komunitas Hokeng (Muder), kelompok biarawati yang berkarya di sekitar Lewotobi.
Kepala Badan Pelaksana Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Flores Timur, Fredy Moat Aeng, mengatakan Suster Nikoline ditemukan meninggal dalam kamar. “Ada batu api hempasan dari Gunung Lewotobi mengenai atap bangunan dan jatuh menimpa Suster dan terbakarlah kamar itu bersama Suster Nikoline,” kata Fredy, Senin, 4 November 2024.
Profil Gunung Lewotobi
Gunung Lewotobi merupakan salah satu gunung api strato bertipe andesitik yang berada di bagian timur Pulau Flores. Gunung ini memiliki dua puncak, yaitu Lewotobi Laki-laki dan Lewotobi Perempuan. Gunung Lewotobi Laki-laki menjulang di ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut dan memiliki kawah di puncak sekitar 400 meter. Sementara Gunung Lewotobi Perempuan memiliki ketinggian 1.703 meter di atas permukaan laut dan ada kawah di puncaknya selebar 700 meter. Puncak kedua gunung tersebut hanya dipisahkan sejauh 2 kilometer.
Kedua gunung ini menjadi perhatian karena aktivitas vulkaniknya yang berulang. Rentang waktu ledakannya cukup bervariasi, yaitu antara 1 hingga 59 tahun. Gunung Lewotobi meletus sebanyak 17 kali sejak 1861-2003. Letusan Gunung Lewotobi dicirikan oleh letusan-letusan kecil yang berlangsung selama beberapa bulan mendahului letusan besar.
Adapun Gunung Lewotobi Laki-laki tercatat mengalami erupsi terakhir pada 12 Oktober 2002, sedangkan Lewotobi perempuan terakhir mengalami erupsi pada 1935. Belakangan ini, Gunung Lewotobi Laki-laki tercatat sudah mengalami erupsi sebanyak lima kali per 18 Januari 2024. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.48 WITA dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 500 meter di atas puncak atau sekitar 2.084 meter di atas permukaan laut.
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan hasil pengamatannya bahwa gunung api tersebut sudah mengalami erupsi sekitar 41 kali sejak awal 2024. Hal tersebut menjadikan Gunung Lewotobi sebagai gunung api paling aktif di Indonesia, berjumlah dua kali lipat lebih banyak dari Gunung Marapi, Sumatera Barat.
Dikutip dari Antara, letusan Gunung Lewotobi Laki-laki lebih sering terjadi daripada Gunung Lewotobi Perempuan. Sejarah letusan Gunung Api Lewotobi Perempuan terjadi pada 1921 dan 1935. Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas Gunung Lewotobi Perempuan pada 2011 dan 2023.
Sementara Gunung Api Lewotobi Laki-laki tercatat mengalami riwayat erupsi yang lebih panjang. Gunung ini pernah erupsi pada 1861, 1865, 1868 (dua kali), 1869, dan 1907. Kemudian, kembali meletus disertai aliran lava pada 1909, 1910, dan 1914. Serta terjadi mengalami erupsi kembali pada 1932, 1933, 1939, dan 1940.
Gunung Lewotobi Laki-Laki beberapa kali erupsi lagi menyemburkan abu pada 1969, 1970, 1990, 1992, 1999, dan 2002. Lalu, mengalami beberapa erupsi lagi, termasuk semburan abu pada 1969, 1970, dan 1990. Erupsi lainnya juga tercatat pada 1991, 1999, dan 2002. Pada 17 Desember 2023, tercatat kembali erupsi sehingga PVMBG resmi menaikkan status Gunung Lewotobi Laki-laki dari sebelumnya level I atau normal menjadi level II atau waspada.
Pada 1 Januari 2024, PVMBG kembali menaikkan status Gunung Lewotobi Laki-laki menjadi Level III (Siaga) karena adanya peningkatan aktivitas visual dan kegempaan yang terekam. Gunung Lewotobi Laki-laki sempat kembali naik status menjadi level IV (Awas) pada 9 Januari 2024 pukul 23.00 WITA, lalu diturunkan menjadi Level III (Siaga) pada 29 Januari 2024 pukul 12.00 WITA.
Pada 3 November 2024 pukul 24.00 WITA, Gunung Lewotobi Laki-laki naik menjadi Level IV atau Awas. Hal ini lantaran terjadi peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Lewotobi dalam beberapa hari terakhir, hingga Jumat, 1 November 2024. Erupsi gunung ini mencapai tinggi kolom 1.500-2.000 meter di puncak.
Berdasarkan pengamatan instrumental selama periode 23 Oktober hingga 3 November 2024, gempa juga terus menerus terjadi diantaranya 43 kali gempa letusan, 28 kali gempa hembusan, 94 kali gempa harmonik, 7 kali gempa Low Frequency, 133 kali gempa vulkanik dangkal, 353 kali gempa vulkanik dalam, 26 kali gempa tektonik lokal, 68 kali gempa tektonik jauh, dan 3 kali getaran banjir.
KHUMAR MAHENDRA | SUKMA KANTHI NURANI | AMINUDDIN | RUSMAN PARAQBUEQ | ANTARA
Pilihan editor: BNPB Siapkan Rp 16 Miliar untuk Pengungsian Korban Erupsi Gunung Lewotobi, Ada Imbauan Relokasi Rumah
Tinggalkan Balasan