[hanomantoto]

TEMPO.CO, Jakarta – Militer Korea Selatan menuding Korea Utara melancarkan serangan untuk memblokir sinyal GPS untuk hari kedua berturut-turut pada Sabtu 8 November 2024. Aksi ini memengaruhi beberapa kapal dan puluhan pesawat sipil.

“Korea Utara harus segera menghentikan provokasi GPS ini,” kata Kepala Staf Gabungan (JCS).

Pemblokiran tersebut dilakukan di wilayah Haeju dan Kaesong di Korea Utara, menurut JCS. Dia memperingatkan kapal dan pesawat sipil yang beroperasi di Laut Kuning untuk berhati-hati terhadap serangan tersebut.

Kendati operasi militer dan peralatan tidak terpengaruh, JCS memperingatkan bahwa Korea Utara akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya.

Ancaman terbaru itu muncul tiga hari setelah militer Korea Selatan mendeteksi gerakan serupa pada Selasa.

Kendati demikian, serangan pemblokiran GPS pada pekan ini melibatkan sinyal yang lebih lemah dibandingkan dengan beberapa serangan yang dilakukan Korea Utara di dekat wilayah perbatasan barat laut antara 29 Mei dan 2 Juni, menurut seorang pejabat JCS.

Para ahli mengatakan serangan-serangan seperti itu dapat menyebabkan insiden-insiden lain yang dapat meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.

“Masih belum jelas apakah ada niat untuk mengalihkan perhatian dunia dari pengerahan pasukan, menimbulkan ketidakamanan psikologis di antara penduduk di Korea Selatan, atau menanggapi latihan pada Jumat,” kata Yang Moo-jin, presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul.

“Namun, serangan gangguan GPS menimbulkan risiko nyata terjadinya insiden serius, termasuk potensi kecelakaan pesawat dalam skenario terburuk.”

Tuduhan gangguan ini muncul sekitar sepepak setelah Korea Utara melakukan uji coba rudal ICBM berbahan bakar padat yang paling canggih dan kuat. Ini merupakan peluncuran pertama sejak dituduh mengirim tentara untuk membantu Rusia melawan Ukraina.

Pada Juni, Korea Selatan mengangkat masalah pemblokiran GPS berulang oleh Korea Utara dengan tiga lembaga internasional terkait yakni Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU), Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), dan Organisasi Maritim Internasional (IMO) guna meminta langkah-langkah yang tepat untuk diambil terhadap provokasi tersebut.

Korea Utara merupakan anggota dari ITU, ICAO, dan IMO.

Sebagai tanggapan, ICAO mengadopsi sebuah keputusan yang menyuarakan kekhawatiran serius terkait pemblokiran sinyal navigasi GPS oleh Korea Utara baru-baru ini, dan menyebut Korea Utara secara spesifik dengan namanya untuk pertama kalinya.



hanomantoto