Kelompok Usia yang Paling Banyak Alami Sindrom Nefrotik Menurut Pakar
[hanomantoto]
TEMPO.CO, Jakarta – Setidaknya enam dari 100 anak di Indonesia berisiko mengalami sindrom nefrotik. Konsultan nefrologi anak FKUI-RSCM, Prof. Dr. dr. Sudung O. Pardede Sp.A(K), mengatakan sindrom nefrotik bisa terjadi pada semua orang dan usia namun paling banyak pada anak usia prasekolah.
“Puncaknya yang paling sering adalah usia prasekolah, usia 2 sampai 6 tahun, itu yang paling sering. Bukan berarti anak-anak usia lain enggak bisa kena, bisa juga,” katanya dalam diskusi daring, Rabu, 6 November 2024.
Ia mengatakan sindrom nefrotik dapat terjadi pada semua orang mulai bayi baru lahir sampai orang dewasa tapi penyebabnya berbeda dengan anak-anak. Sampai saat ini sindrom nefrotik pada anak tidak diketahui penyebabnya atau disebut idiopatik.
Sindrom nefrotik adalah kondisi di mana pembuluh darah di ginjal meningkat dan fungsi penyaring di ginjal yang disebut glomerulus bermasalah, yang menyebabkan protein lolos masuk dan keluar lewat urine dan ditandai adanya busa.
“Di dalam air kemihnya itu keluar banyak protein yang di dalam terkandung albumin. Albumin yang keluar ini lama-lama akan merusak ginjal. Jadi, albumin ini diserap lagi, masuk ginjal lagi, menyebabkan kerusakan ginjal,” jelas Sudung.
Waspadai gejala
Orang tua harus waspada apabila muncul gejala-gejala bengkak yang biasa pada pagi hari. Gejala ini juga sering dikaitkan dengan anak yang suka minuman berasa dan berwarna. Sudung mengatakan kebanyakan orang tua menuruti keinginan anak minum minuman berwarna karena tidak tertarik pada bentuk dan rasa air putih. Ini perlu dibatasi atau dilarang karena minuman berwarna tidak memiliki manfaat bagi anak kecuali ada indikasi yang mengharuskan anak minum minuman yang memiliki kandungan tertentu.
Ia juga mengatakan pasien sindrom nefrotik bisa disembuhkan asal mengikuti pengobatan dari dokter yang berfungsi mengurangi protein keluar di air kemih. Salah satunya adalah obat steroid dan yang biasa digunakan sebagai obat antihipertensi.
“Karena ini reaksi imunologis penyebab utamanya maka diberikan obat-obat penekan sistem imun yang mengandung steroid. Obat ini manjur dan ada efek samping yang disukai karena bikin makan banyak,” paparnya.
Tinggalkan Balasan