Donald Trump Janji Akhiri Perang Ukraina, Bagaimana Respon Rusia?
[hanomantoto]
TEMPO.CO, Jakarta – Donald Trump berjanji mengakhiri perang dalam pidato kemenangannya di pemilihan presiden atau Pilpres AS pada Selasa, 5 November 2024. Rusia bersikap hati-hati atas pidato Donald Trump tersebut.
Menurut Kremlin, AS masih musuh Rusia dan hanya waktu yang dapat membuktikan apakah retorika Trump untuk mengakhiri perang Ukraina dapat diwujudkan menjadi kenyataan.
Terpilihnya kembali Donald Trump merupakan puncak dari kebangkitan yang luar biasa setelah kandidat dari Partai Republik itu disingkirkan dari Gedung Putih empat tahun lalu. Ini menandai kepemimpinan Amerika baru yang kemungkinan akan menguji lembaga-lembaga demokrasi di dalam negeri dan hubungan luar negeri.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Donald Trump telah membuat beberapa pernyataan penting tentang keinginan untuk mengakhiri perang Ukraina selama kampanyenya. Namun ia mengatakan hanya waktu yang dapat membuktikan apakah pernyataan itu mengarah pada tindakan.
“Janganlah kita lupa bahwa kita sedang berbicara tentang negara yang tidak bersahabat, yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam perang melawan negara kita” (di Ukraina),” kata Peskov kepada wartawan.
Peskov mengatakan tidak tahu apakah Presiden Vladimir Putin akan memberi selamat kepada Trump atas kemenangannya. Hubungan dengan Washington sedang berada titik terendah.
“Kami telah berulang kali mengatakan bahwa AS mampu berkontribusi untuk mengakhiri konflik ini. Ini tidak dapat dilakukan dalam waktu semalam, tetapi AS mampu mengubah arah kebijakan luar negerinya. Akankah ini terjadi, dan jika ya, bagaimana kita akan lihat setelah (pelantikan presiden AS) pada Januari,” ujarnya.
Diplomat Rusia dan AS mengatakan hubungan antara dua negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia itu semakin memburuk setelah Perang Dingin. Pejabat Rusia dari Putin hingga bawahannya mengatakan tidak ada bedanya bagi Moskow siapa pun yang memenangkan Gedung Putih. Namun media pemerintah lebih berpihak pada Donald Trump dibandingkan rivalnya Kamala Harris.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Moskow tidak memiliki ilusi tentang Trump. “Rusia akan bekerja sama dengan pemerintahan baru saat mereka berkedudukan di Gedung Putih, dengan gigih membela kepentingan nasional Rusia dan berfokus pada pencapaian semua tujuan yang ditetapkan dari operasi militer khusus (di Ukraina),” kata kementerian tersebut.
“Kondisi kami tidak berubah dan sudah diketahui di Washington.”
Kirill Dmitriev, kepala dana kekayaan negara Rusia yang berpengaruh, memberikan pernyataan yang lebih lembut, dengan mengatakan kemenangan Trump dapat menjadi peluang untuk memperbaiki hubungan. “Ini membuka peluang baru untuk mengatur ulang hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat,” ujar Dmitriev, mantan bankir Goldman Sachs yang sebelumnya pernah berhubungan dengan tim Trump.
Trump, 78, telah berjanji untuk segera mengakhiri perang di Ukraina, meskipun ia belum menjelaskan secara pasti bagaimana ia akan melakukannya. Putin telah mengatakan bahwa dia siap untuk berunding. Syarat yang diajukan Putin adalah teritorial yang telah dikuasai oleh Rusia harus diterima Ukraina. Hal ini telah ditolak mentah-mentah oleh Ukraina.
REUTERS
Pilihan editor: Lebanon Ajukan Keluhan Resmi Ledakan Pager ke ILO
Tinggalkan Balasan