Dilarang di Sejumlah Negara, Ini 5 Kontroversi Game GTA
[hanomantoto]
TEMPO.CO, Jakarta – Sejumlah negara melarang peredaran game Grand Theft Auto (GTA). Terbaru, negara yang melarang game ini adalah Tajikistan. Game milik Rockstar Studios tersebut memang sejak awal perilisannya pada 1997 sudah menuai kontroversi dan pro-kontra. Berikut kontroversi-kontroversi game GTA.
1. Kekerasan sebagai Marketing
DMA Design, perancang seri pertama GTA pada 1997, awalnya menginginkan GTA sebagai permainan di mana pemain bisa mengendalikan polisi atau penjahat, tetapi para desainer DMA lebih tertarik pada sisi amoralitas dari memainkan peran penjahat. Mereka juga dipengaruhi oleh budaya pop Amerika, terutama oleh film seperti Speed.
Untuk meningkatkan antusiasme terhadap permainan ini, DMA merekrut Max Clifford, seorang publisis Inggris yang terkenal kontroversial. Strategi Clifford adalah menyebarkan cerita di tabloid Inggris yang menekankan kekerasan dalam GTA, seperti bagaimana permainan itu dianggap mengagungkan tabrakan lari dan penyerangan.
Akibatnya, Parlemen Inggris membahas isu kekerasan dalam video game pada Mei 1997, enam bulan sebelum permainan ini dirilis. Berita yang dihasilkan dari pembahasan tersebut berfungsi sebagai promosi gratis, dan GTA pertama berhasil terjual tiga juta kopi.
Rilis San Andreas pada 2004 menghadapi kritik yang sama seperti game GTA sebelumnya, namun sorotan utamanya adalah kontroversi Hot Coffee Mod. Modifikasi ini membuka akses ke mini-game tersembunyi di mana karakter utama, Carl “CJ” Johnson, melakukan adegan seks dalam keadaan berpakaian lengkap dengan pacarnya.
Adegan tersembunyi ini awalnya dimaksudkan sebagai lelucon internal bagi para pengembang Rockstar, tetapi para modder berhasil mengaksesnya melalui kode sumber San Andreas. Skandal Hot Coffee berujung pada gugatan hukum terhadap perusahaan induk Rockstar, Take-Two, yang diselesaikan pada 2007 dan mengharuskan perusahaan membayar lebih dari 2.000 pelanggan sebesar $35, menurut laporan dari PC World.
Dalam GTA: In Vice City, lokasi utama dalam game tersebut didasarkan pada Miami, dan dua dari geng-gengnya diidentifikasi berdasarkan kelompok etnis mereka: Kuba dan Haiti. Dalam versi awal permainan, pemain diberi instruksi untuk memusnahkan salah satu kelompok tersebut tergantung pada pilihan yang dibuat.
Komunitas Haiti di Amerika mengorganisir protes besar-besaran terhadap penjualan game ini. Sebagai tanggapan, Rockstar setuju untuk menghapus referensi kepada “Haiti” dan menggantinya dengan kata “gangster.”
4. Diduga Mencuri Lagu dalam Game
Menurut rapper Daz Dillinger, yang merupakan salah satu personil dari duo rap Dogg Pound, Rockstar mencoba membeli dua lagunya untuk digunakan di soundtrack Grand Theft Auto V,dengan menawarkan kurang dari $5.000. Ketika Dillinger menolak, Rockstar tetap menggunakan lagu-lagu tersebut.
Dillinger mengirim surat perintah penghentian penggunaan kepada Rockstar, lalu membagikan kisahnya kepada TMZ. Pada saat itu, Dillinger menuntut agar semua salinan game tersebut ditarik. Sementara itu, 15 juta kopi sudah terjual.
Grand Theft Auto V membawa kontroversi seri ini ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengharuskan pemain menyiksa seseorang selama interogasi. Dalam misi tersebut, karakter yang dimainkan, Trevor Philips, diberi tugas untuk menyiksa Ferdinand Kerimov, seorang pemasang home theater yang dicurigai memiliki hubungan dengan teroris asal Azerbaijan.
Pilihan Editor: 6 Negara yang Larang Game GTA, Terbaru Tajikistan
Tinggalkan Balasan