[hanomantoto]

TEMPO.CO, BandungBadan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mempelajari perubahan karakteristik letusan Gunung Lewotobi Laki-laki yang ditunjukkan pada proses letusan besar pada 3 November 2024 pukul 23.57 WITA.

“Yang menjadi tantangan kami adalah bahwa karakteristik dari Gunung Lewotobi Laki-laki memang ada perubahan. Kami ke depannya akan mencoba melakukan evaluasi lagi, apakah ada alat-alat monitoring tambahan yang harus kita pasang di lapangan atau seperti apa yang harus lebih didetailkan untuk pengamanan masyarakat sekitar,” kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid, dalam konferensi pers di Kantor Badan Geologi, Bandung, Rabu, 6 November 2024.

Wafid mengatakan saat ini tim bencana geologi (PVMBG) dikirim ke lokasi terdampak letusan Gunung Lewotobi untuk menyisir area dalam radius 7 kilometer yang direkomendasikan untuk dikosongkan dengan status Awas atau Level IV gunung tersebut.

“Jadi pengosongan 7 kilometer dari puncak itu kemudian disisir, apakah masih ada kegiatan-kegiatan penduduk di sekitar, atau rumah-rumah seperti apa yang terjadi sebagai dampak letusan itu, kita melakukan penyisiran itu,” kata dia.

Tim Badan Geologi juga mengumpulkan material hasil letusan Gunung Lewotobi Laki-laki untuk mempelajari perubahan karakteristik letusan gunung tersebut. “Dari hasil penyisiran itu bisa terlihat nanti seperti apa kondisi lontaran-lontaran material gunung api itu,” kata Wafid.

Wafid mengatakan, radius lontaran material letusan Gunung Lewotobi pada 3 November 2024 pukul 13.57 WITA tersebut menjangkau Pos Pengamatan Gunung Api milik Badan Geologi di Gunung Lewotobi Laki-laki yang berada di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, yang berjarak 7 kilometer dari puncak gunung.

“Kalau dari Pos Pengamatan gunungapi kami di sana, itu di 7 kilometer, itu pun masih ada cukup tebal kerikil, abu vulkanik, dan sebagainya. Jadi lontaran itu sampai ke sana, 7 kilometer itu,” kata dia.

Wafid mengatakan, warga terdampak dalam radius 7 kilometer tersebut berada di tujuh desa. Hasil identifikasi lapangan akan menentukan perubahan rekomendasi selanjutnya untuk mengantisipasi perubahan karakteristik letusan Gunung Lewotobi Laki-laki.

“Nanti akan dilakukan evaluasi menyeluruh karena saat ini teman-teman di lapangan mencoba mengambil sampel-sampel dari lontaran-lontaran material dari Gunung Lewotobi Laki-laki ini untuk mengidentifikasi ada sesuatu yang bisa kita dapatkan secara saintifik untuk memberikan gambaran lebih detail lagi tentang karakteristik ini,” kata Wafid.

Wafid mengatakan perubahan karakteristik itu yang mengakibatkan waktu penetapan status Awas atau Level IV dengan letusan besar terjadi nyaris bersamaan. “Saat terjadi letusan tanggal 3 November 2024 jam 23.57 WITA itu memang waktunya sangat sempti, dan juga simptom yang terbaca itu memang berbeda dengan apa yang terjadi pada bulan-bulan Januari 2024 (periode erupsi terakhir Gunung Lewotobi laki-laki),” kata dia.

Perubahan karakteristik tersebut, kata Wafis, diduga akibat penyumbatan aliran magma yang ditunjukkan dengan mendadak, sementara tidak terjadi letusan sama sekali selama seharian di Gunung Lewotobi pada 2 November 2024. Adanya sumbatan tersebut kala itu dikhawatirkan bisa menyebabkan letusan besar yang kemudian terjadi pada 3 November 2024, pukul 23.57 WITA.

“Kita melakukan kajian dalam waktu singkat, kita menyampaikan ini terjadi sumbatan, kalau terjadi letusan ini akan besar sehingga daerah aman jaraknya itu 7 kilometer. Kebetulan saat terjadi letusan itu suasananya hujan lebat, kemudian beberapa lokasi itu juga lampu padam sehingga evakuasi itu yang membuat kepanikan masyarakat, salah satunya,” kata dia.

Dalam waktu dekat, Badan Geologi akan menambah pos pengamatan untuk mengawasi Gunung Api Lewotobi Laki-laki. Saat ini Badan Geologi menempatkan seismograf dan CCTV untuk mengamati Gunung Lewotobi Laki-laki.  

“Rencana dalam waktu dekat akan melakukan penambahan stasiun pemantau. Di dalamnya ada alat juga. Lokasinya di sektiar tubuh gunung api,” kata Penyelidik Bumi, Badan Geologi, Sofyan Primulyana dalam konferensi pers Rabu.

Sofyan mengatakan, selain tidak adanya letusan sebelum terjadi letusan besar, hal lain yang membedakan erupsi 3 November 2024 dengan erupsi sebelumnya ada pada hasil pemantauan data gas SO2. Pada periode erupsi terakhir pada Desember 2023-Januari 2024, saat letusan besar tercatat gas SO2 yang terpantau dengan bantuan Satelit Sentinel menembus 12.544 ton. “Sementara pasca erupsi 3 November 2024, terpantau 7.601 ton. Ada perbedaan. Pada tanggal 2 dan 3 November, SO2 tidak terdeteksi,” kata dia.



hanomantoto