Tradisi Pembuatan Jang di Korea Segera Diakui Sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO
[hanomantoto]
TEMPO.CO, Jakarta – Budaya tradisional Korea dalam membuat “jang” akan dicantumkan dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Usulan tersebut berdasarkan rekomendasi dari badan organisasi kebudayaan dunia, tentang pengetahuan, kepercayaan dan praktik pembuatan jang di Korea Selatan.
Dengan rekomendasi tersebut, Korea Heritage Service, optimiss budaya pembuatan jang Korea akan dicantumkan sebagai warisan budaya. Secara resmi, penetapan tersebut akan diumumkan dalam sesi ke-19 Komite Antarpemerintah untuk Warisan Budaya Tak Benda UNESCO pada 2-7 Desember 2024 di Asuncion, Paraguay.
“Dengan diterimanya rekomenasi ini, kami mengharapkan hasil positif,” kata Korea Heritage Service. Setelah resmi dicantumkan, budaya pembuatan jang akan menjadi item ke-23 dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO dari Korea.
Proses panjang pengajuan jang
Korea Heritage Service menetapkan jang sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional pada tahun 2018. Berbagai promosi budaya secara global termasuk kolaborasi dengan ahli gastsronomi, ahli gizi, pakar kuliner, dan antroplogu dilakukan untuk memasukan budaya pembuatan jang dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2016.
Sejauh ini, Korea sudah mengumpulkan 22 item dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, sejak tahun 2001, yaitu ritual leluhur kerajaan di kuil Jongmyo. Pada tahun 2022, Talchum, drama tari topeng menjadi item ke-22 yang termasuk dalam daftar tersebut.
Jenis-jenis jang
Jang merupakan bahan utama dalam masakan Korea, yang merupakan hasil dari fermentasi alami janga panjang. Menurut catatan sejarah, orang Korea telah membuat jang sejak Periode Tiga Kerajaan (57 SM-668 M).
Jang tediri dari “ganjang” atau kecap, doenjang yaitu pasta yang terbuat dari kedelai yang difermentasi dan gochujang yaitu pasta cabai merah yang dibuat dengan paprika dan kedelai. Proses pembuatannya meliputi penyiapan kedelai dan bahan lainnya hingga memastikan kondisi yang tepat untuk fermentasi, penuaan, dan penyimpanan.
Asam amino esensial yang dihasilkan selama proses fermentasi memberikan keseimbangan nutrisi pada pola makan orang Korea yang berbasi nasi. Jang bisa disantap dengan sayuran, ikan, dan daging, serta digunakan untuk mengawetkan makanan.
Setiap rumah tangga di Korea memiliki resep jang yang berbeda, mencerminkan karakter dan warisan budaya masing-masing keluarga. Beberapa keluarga bahkan menyimpan ganjang mereka selama puluhan tahun, sehingga menghasilkan rasa yang khas dan berbeda dari satu generasi ke generasi berikutnya.
PUTRI ANI | KOREA TIMES | MK
Tinggalkan Balasan