[hanomantoto]

TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memproyeksikan Perum Bulog membutuhkan anggaran sebesar Rp 26 triliun. Perkiraan dana ini menyusul rencana transformasi lembaga di bawah Kementerian BUMN tersebut menjadi badan otonom di bawah pemerintah langsung.

“Dan saya pernah paparan di Komisi VI DPR, Bulog itu perlu Rp 26 triliun. Nanti setelah operasi pasar, mungkin tergerus Rp 5-6 triliun,” kata Erick Thohir kepada awak media saat ditemui di salah satu hotel di kawasan Menteng, Jakarta Pusat pada Kamis, 7 November 2024.

Erick Thohir berpandangan negara lah yang nantinya akan memberikan tambahan dana atau top up untuk menutupi kekurangan tersebut.

Sebagai contoh, Erick Thohir menyebut situasi yang dialami perusahaan seperti PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Setelah melalui proses audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), tidak jarang perusahaan-perusahaan BUMN itu menemukan adanya kebutuhan dana tambahan pada program-program subsidi.

Ia menerangkan, top up yang dikeluarkan negara diberlakukan pada kasus-kasus tersebut untuk menambal kurangnya dana, sehingga Erick Thohir beranggapan hal yang sama juga akan diterapkan dalam perjalanan Bulog nantinya.

Adapun operasi pasar yang dilakukan Bulog untuk mencari jalan tengah terhadap harga pangan yang paling baik bagi konsumen, petani, dan negara. Bulog menjadi lembaga yang berperan dalam menjaga kestabilan harga pangan di pasaran dan menghindarinya dari fluktuasi yang berlebihan, naik maupun turun.

Dalam hal ini, Erick Thohir menekankan pentingnya tambahan dana dari negara kepada Bulog untuk menghindari situasi di mana pimpinan Bulog dianggap merugikan negara akibat pelaksanaan operasi pasar. Padahal, tujuan utama operasi pasar adalah untuk membantu petani. “Kasihan, dia disuruh menolong petani, tapi nanti (dianggap menjadi) kerugian negara,” ujarnya. 

Lebih lanjut, Erick Thohir mengatakan kebijakan tersebut juga dapat melenturkan himpunan bank milik negara (Himbara). Ia menyebutkan keuntungan-keuntungan yang bisa dirasakan jika negara memberikan tambahan dana kepada Bulog. 

Pertama, beban pinjaman Bulog kepada Himbara akan berkurang, sehingga Bulog tidak perlu membayar bunga yang besar. “Karena selama ini kan operasi pasar itu ditopang oleh pinjaman Himbara, hampir Rp 30 triliun,” kata Erick Thohir.

Kedua, Erick Thohir memandang, hal tersebut dapat menunjukkan keberpihakan negara terhadap rakyat dalam hal ini, khususnya, petani. Sesuai dengan visi swasembada pangan yang selama ini digaungkan oleh kepala negara.



hanomantoto