Iran Minta Israel Hentikan Serangan ke Gaza Sebagai Syarat Gencatan Senjata
[hanomantoto]
TEMPO.CO, Jakarta – Konflik perang antara Iran dan Israel hingga kini masih belum usai. Pemimpin Iran, Naim Qassem yang menggantikan Hasan Nasrallah dalam pidatonya pernah mengatakan bahwa Iran akan menyetujui gencatan senjata dengan Israel jika sejumlah syarat yang dapat diterima. Ia juga mengatakan bahwa belum ada perundingan yang disepakati oleh Iran dan Israel terkait gencatan senjata.
“Jika Israel memutuskan bahwa mereka ingin menghentikan agresi, kami akan terima, tetapi dengan syarat-syarat yang kami anggap tepat dan sesuai,” kata Naim Qassem dalam pidato yang direkam sebelumnya.
Melansir dari Antara, Presiden Iran Masoud Pezeshkian memberikan pernyataan terbaru terhadap seranga Israel ke wilayah negaranya. Dalam pembicaran itu ia juga menyebutkan bahwa tindakan akan segera diambil untuk merespon serangan tersebut namun, Iran tak menutup kemungkinan membuka opsi gencatan kepada Israel.
“Jika mereka mempertimbangkan kembali tindakan mereka, menyetujui gencatan senjata, dan menghentikan pembunuhan terhadap rakyat tertindas dan tak berdosa di kawasan ini, hal ini dapat memengaruhi jenis dan intensitas respons kami.”
Ia menjelaskan bahwa pemimpin dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa berjanji kepada Iran bahwa mereka akan mengumumkan gencatan senjata di Gaza jika Iran menahan diri untuk tidak menyerang balik Israel atas terbuhunya pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada Juli.
Pezeskhian menyatakan bahwa mereka telah menahan diri dengan tidak merespon serangan yang dilakukan Israel, agar Israel dapat menghentikan penyerangannya terhadap warga sipil yang tak bersalah dai dalam perang.
Sebelumnya Israel sempat melakukan serangan terhadap Teheran yang berlangsung selama empat jam pada 26 oktober 2024 lalu. Serangan tersebut menewaskan empat orang tentara Iran. Merepon serangan Israel, Iran langsung mengirimkan 180 roket untuk menyerbu Israel tepat di hari yang sama. Hingga kini kedua negara tersebut masih belum menurunkan senjata masing-masing.
Kekhawatiran negara-negara lainnya terhadapa konflik antara Irael-Iran ditujukan dalam sidang PBB yang digelar pada Senin 28 Oktober lalu. Dalam sidang tersebut, Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Timur Tengah dan Asia Pasifik, Khaled Khiari, mengecam tindakan-tindakan yang memperburuk ketegangan antara Iran dan israel yang saat ini tengah berkonflik.
“Kedua pihak sebaiknya berhenti menguji batas kesabaran satu sama lain dan bertindak demi perdamaian serta stabilitas di kawasan,” ujarnya,
Ia juga memnghimbau agar kedua belah pihak baik Iran maupun Israel mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan terhadap masing-masing warga negaranya akibat konflik antarnegara tersebut. Menurut Khaled konflik antara Iran-Israel jika tidak segera berhenti akan terus meluas ke wilayah Timur Tengah lainnya.
Merespon pernyataan Khalen, utusan Amerika Serikat dalam sidang PBB Linda Thomas-Greenfield, menyatakan dukungan penuh negaranya terhadap Israel. “Israel berhak membela diri terhadap serangan Iran,” ujarnya. Dalam sidang tersebut ia juga menyatakan bahwa negaranya tidak terlibat dalam operasi militer secara langsung dalam konflik antara dua negara tersebut, meski ikut serta dalam menyusun perencanaan.
Dia juga memperingatkan Iran agar tidak melakukan tindakan agresif terhadap Israel atau personel AS di kawasan tersebut, dengan menegaskan bahwa AS akan “bertindak untuk mempertahankan diri” jika diperlukan.
Semenetara itu, utusan Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, mengutuk keras serangan Israel yang menurutnya telah melanggar aturan hukum internasional dan Piagam PBB. Iravani menuding Amerika Serikat mendukung Israel tanpa syarat, dan menyatakan bahwa dukungan ini telah berkontribusi pada “kejahatan perang yang berlangsung” di Gaza dan Lebanon. Iran, lanjutnya, memiliki hak untuk merespons serangan tersebut kapan pun yang dianggap tepat.
TIARA JUWITA | AL ARABIYA | MICHELLE GABRIELA | ANTARA
Pilihan Editor: Khamenei Bersumpah Hancurkan Israel Jika Berani Serang Iran
Tinggalkan Balasan